Ada satu tradisi yang dianut oleh keturunan suku
Toraja. Upacara adat kematian yang dikenal dengan nama Rambu Solo, yang
digelar dengan tujuan untuk menghormati dan menghantarkan arwah orang
yang meninggal dunia kembali kepada keabadian leluhur mereka di sebuah tempat
peristirahatan.
Terkadang, upacara ini pun disebut pula penyempurnaan
kematian. Karena suku Toraja percaya bahwa sebelum seluruh prosesi upacara
selesai, maka orang tersebut belum benar-benar dianggap meninggal dunia. Mereka
hanya dianggap sebagai orang sakit atau lemah yang akan tetap diperlakukan
seperti halnya seseorang yang masih hidup. Dan pantang bagi mereka yang
bertalian dengan upacara kedukaan tersebut untuk menyelenggarakan upacara kesenangan
semacam pernikahan, sebelum Rambu Solo digenapi.
Upacara Rambu Solo. Picture by www.indonesiakaya.com
Berangkat dari tradisi Rambu Solo itu lah, Faisal
Oddang menjadikannya embrio untuk menuturkan kisah Rinai, Lamba dan Wanua.
Mereka yang bertalian hati dalam Pertanyaan
Kepada Kenangan. Mengangkat budaya Toraja dalam kisahnya. Membuat simpul di
antara anak manusia. Terikat satu sama lain.
Cerita berjalan sedari awal oleh tradisi yang membuat
hati Rinai patah. Bagaimana cinta dikalahkan oleh sesuatu yang sudah beratus-ratus
tahun lamanya. Ya, apalagi namanya kalau bukan adat? Ketika Lamba memilih untuk
menuruti petuah leluhur ketimbang memperjuangkan perasaannya. Sedang Rinai, tak
mampu menuntut harapan di atas kehilangan. Ia mengerti, kelak, kehilangan
adalah satu-satunya hal yang bisa menjadi alasan bagi seseorang untuk memilih
jalan yang bersimpangan. Kelak pula, ia bertemu Wanua. Yang telah menyadarkannya
untuk kembali yakin pada sebuah harap. Namun benarkah, cinta selalu seperti itu
jalannya? Terluka, memulai lagi, dan hidup bahagia? Bagaimana jika kenangan
muncul di antaranya?
Pertanyaan
Kepada Kenangan adalah satu di antara beberapa buku yang menjadi bagian
dari seri Indonesiana gagasan GagasMedia. Yang menggabungkan kisah fiksi dengan
ragam budaya di Tanah Air. Pembicaraan mengenai seri ini seingat saya sudah
dimulai sejak akhir 2013 lalu. Tidak disebutkan kapan persisnya seri ini akan
lahir. Sampai pada 2015 lalu, GagasMedia akhirnya merilis satu demi satu novel
yang menjadi bagian dari seri ini.
Beberapa penulis kenamaan pun didapuk menjadi
penutur. Sebut saja Helga Rif, Okke Sepatumerah, Dian Purnomo, Guntur Alam dan
Faisal Oddang. Khusus dua yang terakhir, bisa disebut yang teranyar karena tiga
buku lainnya sudah terbit jauh hari lebih dulu.
Tanpa budaya lokal, buku-buku seri Indonesiana,
mungkin tak jauh berbeda dengan karya sastra lainnya. Namun, ini lah
menariknya. Ketika menggabungkan dua hal: keinginan manusia dan keteraturan
tatanan dalam masyarakat. Semuanya akan berubah menjadi paradoks yang tak berujung.
Lihat bagaimana Faisal Oddang menelisik kisah Rinai dan Lamba soal rencana
pernikahan mereka. Bukankah menikah adalah hal sederhana ketika dua orang jatuh
cinta dan merasa sudah siap berbagi waktu dan perasaan bersama dengan ikatan
yang sah? Namun Faisal membenturkannya dengan keharusan adat yang mesti ia
penuhi. Membuat Rinai berada dalam posisi bahwa dirinya seolah tak
diperjuangkan. Lamba lebih takut akan tuntutan leluhurnya ketimbang mendengar
suara hatinya. Bukankah itu juga yang banyak dihadapai manusia-manusia setiap
harinya? Di tempat yang berbeda, dalam adat yang berbeda, dengan keharusan yang
berbeda juga. Namun berada dalam sisi mata koin yang sama: diri sendiri atau budaya?
Di sini lah karya sastra berperan. Memberi pandangan,
bukan memaksakan keyakinan. Saya yakin, ada kalanya dalam proses penulisan,
Faisal dilema memikirkan hal ini, pada siapa ia akan memihak? Terlebih, ketika
kisah ini sampai di tangan pembaca nantinya. Kita yang berada di luar
lingkaran, seringkali memaksakan label yang kita pijak. Menuding mereka yang
kontra sebagai orang yang tak punya toleransi. Sedang jika mereka pro, dianggap
fanatik. Saya bersyukur, menutup Pertanyaan
Kepada Kenangan dengan melompat ke dalam lingkaran yang diciptakan Faisal
Oddang. Ia tak mau, saya sebagai pembaca hanya melihat di luar saja. Sini,
rasakan bagaimana Rinai, Wanua dan Lamba berseteru dengan hati mereka. Karena segala
sesuatu, hanya punya dua jawaban sebagai penutup: bahagia atau terluka.
Bagaimana denganmu? Ayo, duduk dan nikmati
secangkir kopi tongkonan di sini. Ada Rinai, Lamba dan Wanua. Mereka siap memberi
tangan untukmu ikut ke dalam lingkaran.
Ditulis oleh: Robin Wijaya
Pertanyaan Kepada Kenangan karya Faisal Oddang
Seri Indonesiana GagasMedia
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ikuti perjalanan One Book One Day seri Indonesiana GagasMedia. Catat tanggal, host dan penulis kisah ini. Ada giveaway di masing-masing website/ blog, dan giveaway yang diadakan oleh GagasMedia. Enjoy book, enjoy Indonesia!