Rahasia!
Kubisikkan kata itu padamu.
Aku cinta padamu, dan jangan biarkan orang lain tahu.
Karena aku tak yakin kau dan aku sanggup mendengar setiap kata mereka tentang cinta yang kita punya.

Mungkin ini terdengar mudah.
Tapi bisa juga terkesan susah.
Cinta itu cuma bisa dimengerti berdua.
Tak mungkin orang ketiga, keempat, apalagi beramai-ramai banyaknya.
Jadi, jangan ijinkan mereka tahu kalau aku dan kau punya rasa.
Karena mereka tak akan pernah mengerti tentang cinta.
Kecuali cinta yang mereka punya, yang hanya dipahami mereka saja.

Aku cinta kamu.
Tolong jangan katakan pada siapa-siapa.
Biar suka, biar duka, kita saja yang punya maknanya.
Kau datang hari ini, aku cinta.
Kau pergi esok, aku luka.
Tapi bukankah kabar baiknya, aku saja yang merasa.
Karena orang lain cuma sanggup bicara, tanpa benar-benar tahu seperti apa perasaan yang sesungguhnya.
Jadi kalau kau merasa hal yang sama sepertiku.
Tutup mulutmu, cukup cintai aku saja.

Meski kita berpendapat bahwa tak ada seorang pun yang sempurna.
Tapi ada persetujuan tak tertulis, kalau masing-masing dari kita memiliki satu sosok yang sempurna.
Dan buatku, kamu orangnya.

Aku tak pandai soal deskripsi.
Aku tak jago menelaah alasan.
Yang kutahu kamu telah jadikan sebagian hidupku punya warna.

Selalu kuingat senyum itu.
Selalu kubayangkan tawa gembiramu sebelum tidur.
Aku berharap mimpi semakin menyempurnakan perasaanku.

Kamu sempurna buatku.
Sekalipun kelak kamu tak menganggap hal yang sama padaku.
Tapi biarlah kupilihkan itu untukmu.
Aku tak berharap.
Aku tak peduli tentang kecewa.
Karena kita memberi tanpa menjadikannya alasan untuk mendapatkan lagi.
Bahagiaku untukmu, yang sempurna buatku.

Catatan ini sudah saya muat sebelumnya di facebook. Tentang buku-buku saya yang akan rilis di tahun 2014, serta proyek-proyek tulisan yang masih digarap. Kita mulai dari buku dulu ya. Akan ada 2 buku yang terbit tahun ini: Musim Cinta dan Nightfall. Keduanya diterbitkan oleh penerbit yang berbeda dari penerbit buku-buku saya sebelumnya. Musim Cinta akan diterbitkan oleh Matahari Publisher, sedangkan Nightfall rencananya akan dirilis melalui Elex Media. Banyak yang bertanya melalui inbox maupun email kenapa pindah penerbit? Bukan pindah sebetulnya. Hanya saja, dua naskah tersebut memang berjodoh dengan penerbit lain. Nanti akan saya ceritakan prosesnya.

Perihal Musim Cinta, sekarang ini naskahnya sedang naik cetak. Pre-order sudah dibuka oleh penerbit melalui SMS dan BBM. Ada bonus gantungan boneka lucu untuk teman-teman yang ikut pre-order. Musim Cinta ditulis bersamaan saat saya sedang menulis ulang Jika Hujan Pernah Bertanya. Kedua buku tersebut memiliki nyawa yang mirip. Hanya saja, Musim Cinta digadang untuk mereka yang sering bertanya kenapa harus jatuh cinta, dan pada kenyataannya setiap orang memang ingin jatuh cinta. Tak ada janji-janji untuk naskah ini selain kisahnya yang ringan dan sangat sehari-hari. Musim Cinta juga tak melulu mengusung kisah cinta dewasa, tapi juga remaja. Kalau teman-teman suka Jika Hujan Pernah Bertanya, mudah-mudahan akan menyukai Musim Cinta juga.

Nightfall sedang masuk proses pracetak sepertinya. Revisinya sudah rampung saya kerjakan. Editor sedang mengelolanya untuk finalisasi. Nightfall sendiri awalnya adalah cerita bersambung yang saya posting di blog sejak pertengahan tahun lalu. Awal tahun ini, naskah tersebut bertemu jodoh. Elex Media meliriknya dan bersedia bekerja sama dengan saya untuk membidani kisah tersebut. Karena awalnya Nightfall adalah cerita bersambung, tentu ketika diangkat menjadi novel terjadi perubahan di sana-sini. Baik dari segi konflik, penokohan maupun setting. Saya menulis ulang naskah tersebut selama tiga atau empat bulan. Setelah ditulis, kisah ini menjadi lebih dalam dan kompleks dibanding versi di blognya. Ada beberapa tokoh baru yang muncul dan (hmmm... tak sabar memberi bocorannya) memungkinkan munculnya kisah baru setelah Nightfall sendiri. Nightfall bersetting di 2 negara: Indonesia (Bandung) dan Amerika Serikat (Seattle dan Richland). Nightfall akan jadi cerita yang manis dan menarik. Saya sangat menyukai tokoh-tokoh yang ada di dalamnya, dan kadang membuat saya iri karena ingin ikut berinteraksi dalam dialog dan adegan-adegan dalam buku ini.

Selain dua buku di atas. Rencananya Jika Hujan Pernah Bertanya pun akan dicetak ulang dengan cover baru (lagi). Saya sedang menunggu desain cover yang baru tersebut. Akan saya bagikan ke teman-teman kalau sudah siap. Kenapa ganti cover lagi? Akan saya ceritakan nanti. Secara isi, masih sama dengan yang edisi barunya kok.

Oke, selain itu ada apa lagi? Ada satu proyek tulisan untuk GagasMedia yang sedang saya kerjakan. Sudah separuh jalan, tapi belum rampung, Sebagian dikarenakan pada proses penulisannya, saya sempat gamang dengan nyawa dari kisahnya. Mudah-mudahan akan selesai dalam 1 bulan ini, karena saya pun sudah tak sabar ingin menyelesaikannya dan segera membaca ulang dari awal sampai akhir. Oh ya, cerita ini memiliki keterkaitan dengan Versus. Saya sangat suka dengan tokoh-tokohnya dan penulisan ceritanya sendiri (sekali-kali bangga dikit sama karyanya boleh kan?). Mudah-mudahan kalau sudah terbit nanti, kisah ini akan jadi bacaan istimewa untuk teman-teman.

Sejauh ini, itu lah yang bisa saya bagi kepada teman-teman. Saya tahu, kebahagiaan terbesar seorang penulis adalah ketika karyanya diterima dan diapresiasi oleh pembaca. Karena apa yang sudah teman-teman berikan selama ini, hal itu lah yang mendorong saya untuk tetap menulis. Mudah-mudahan, selama masih diberi waktu dan kesempatan, saya akan tetap menuliskannya untuk teman-teman. Ada ide-ide gila juga yang belum bisa saya bagi kepada teman-teman saat ini, dan lagipula tampaknya belum bisa diwujudkan dalam waktu dekat. Biar saya simpan dulu. Kelak bertemu jodoh, pasti ide-ide tersebut jadi realita.

Terakhir, jangan lupa mampir ke tempat-tempat ini ya. Saya sering berbagi di sana:
- robinbieblogwijaya.blogspot.com
- robinbiewijaya.tumblr.com
- twitter: @robinBIEwijaya

Salaaammmmm....

Pada ketiadaan, apa yang sanggup kita hadirkan selain kenangan?

Siapa berkehendak menolak atau memilih mimpi? Dan kadang yang Tuhan pilihkan adalah sesuatu yang paling kita hindari.
Aku bermimpi lagi tentangmu semalam.
Aku sadar, mimpi hanyalah sebatas caramu menghubungiku.
Untuk menitip apa yang tak sempat kau pesankan. Atau sekadar menengok keberadaanku. Mencari tahu keadaanku.
Tapi tahu kah kau, apa yang paling kutakutkan dari mimpi?
Ketika aku terbangun, dan mendapati semuanya sudah berlalu.

Aku teringat tentang gelas kunang-kunang yang pernah kau berikan.
Waktu dimana hari kadung gelap ketika kita bermain di luar.
Kau tahu, aku tak pernah sanggup menggapai bintang. Maka kau hadiahkan cahaya lain.
Kunang-kunang yang kau simpan dalam gelas tertutup.
"Tahu, kenapa Tuhan menciptakan cahaya saat malam?" tanyamu, waktu itu.
Kubilang tak tahu.
Kau tersenyum. Kau menjawab, "Untuk menjaga kita. Agar kita tahu, dalam gelap sekalipun. Tuhan tak pernah pergi meninggalkan kita."
Dan kini aku tahu. Dalam kesepian pun, kau tak pernah pergi dariku.
Kau hadir, meski lewat mimpi yang akan segera terusir pagi.

Tak ada gelas kunang-kunang di kamarku saat ini.
Kau masih datang sesekali dalam mimpi.
Sebagian yang kupercayai, kau menjadi cahaya ketika hidup terlalu gelap bagiku.
Sebagian lainnya, aku percaya, kau yakin aku sanggup menciptakan cahaya sendiri.
Agar suatu saat nanti, ada hidup orang lain yang mampu kuterangi.



Untuk gelas kunang-kunang, dan kenangan masa kecil itu.
Untuk Alm Papa yang datang lewat sebatas mimpi.
Dan tetap dicintai...

Kadang cinta membuatmu bertahan pada orang yang tak pernah membalas cintamu.
Kau yang tetap berada di sisinya, dan berharap ia mengerti arti keberadaanmu.

Seringnya cinta membuatmu menciptakan pembenaran-pembenaran.
Atas sikap dan kata-kata yang ia berikan.
Mungkin kau lupa, damba cinta yang membuat kau mencampur adukkan berbagai rasa.

Cinta juga yang menjadi sebab kau membuat pengandaian.
Seandainya...
Tanpa pernah kau sadari, kata tersebut kau pilih sebagai khayal untuk dirimu.

Sebab cinta yang membuatmuu tersenyum dan tertawa.
Cinta juga yang meluruhkan tangis di kedua matamu.
Dan cinta masih jadi sebab atas penantian panjangmu tanpa pupus harapan.

Cinta telah menjadi alasan-alasan atas segala sikap dan tindakan.
Dan kau membiarkan cinta berlaku seperti itu pada dirimu.

Ingin kukatakan padamu.
Bacalah rinduku seperti kau membaca rindu seseorang yang terkirim padamu.
Bahkan jika itu hanya satu pesan saja.

Kubenamkan separuh kesadaranku pada hatimu.
Aku rela disebut gila karena mencintaimu.
Tapi biarlah separuh sisa kesadaranku yang lain, meyakini bahwa kau mungkin akan memalingkan wajahmu ke arahku.

Satu senyummu saja telah jadi jutaan bahagia buatku.
Tapi yang kau pilih adalah punggung yang menjauh.
Aku tahu aku sedang menabuh ragu.
Dan bahagia itu telah menjadi semu.

Kau...
Jangan cintai aku, kelak.
Sebab tak tahu bagaimana sakit karena menangisi  waktu yang kumiliki.
Sebab tak tahu caramu mencintaiku nanti.
Karena mungkin,
yang kamu miliki hanya setengah hati...

Hey kamu! Tetaplah menjadi tempat aku bermimpi.

Hey kamu! Jadiah kebangganku. Kini dan nanti.

Hey kamu! Jangan tumpahkan tangis di matamu. Kedua tanganku tak mampu mengusap seribu luka.

Hey kamu! Ini sebelah tanganku. Hanya dalam genggamanmu, kuyakin sanggup berjalan jauh.

Hey kamu! Apa makna pagi untukku? Mencintaimu sekali lagi.

Hey kamu! Kenapa aku menyukai hujan? Kupercaya yang jatuh di atap rumahku, adalah rindu yang kau kirimkan dari jauh.

Hey kamu! Jika esok terlalu singkat, bagaimana dengan selamanya saja?

Hey kamu! Sudah selesai berdoa? Tak lupa menyebut namaku sebelum kata 'amin' kan?

Hey kamu! Apa bedanya dia dan aku? Dia mencintaimu. Aku benar-benar mencintaimu.

Hey kamu! Tahu apa perjalanan paling berat yang pernah kutempuh? Meyakinkanmu untuk balas mencintaiku.

Hey kamu! Ini namamu yang kusebut kenangan. Yang kekal. Yang tak pergi dalam hitungan hari.

Kau mengucap salam perpisahan itu beberapa waktu lalu.
Kau katakan untuk pergi sejenak.
Untuk apapun yang ingin kau capai di luar sana.
Meski aku tak tahu berapa lama kau akan pergi, dan kapan kau kembali.


Kulepaskan kau, walau ketidak relaan terselip dalam anggukanku.
Kepergianmu. Punggungmu. Jejak langkahmu.
Kurekam semua yang mampu kuingat, agar aku tak lupa tentangmu ketika kau kembali kelak.

Lama tak ada cerita yang kau berikan sebagai kabar.
Berhasilkah kau dengan segala yang kau mimpikan?
Cukupkah apa yang sudah kau capai kini?

Semua yang kau inginkan telah jadi bagian doaku setiap malam.
Hey, aku rindu padamu. Ingin kukatakan seperti itu.
Tapi kau terlalu riang menceritakan hal lainnya.
Membuatku tak yakin. Kau mungkin saja tak merasakan rindu seperti yang kupunya.

Yang terjadi tetaplah sama.
Doa itu. Harapmu. Mimpimu. Dan keyakinan kalau akan pulang padaku kelak.
Hanya karena itu semua, kupastikan diriku untuk menunggu.
Hingga ketika kau datang. Kucukupkan syukur dan bahagiaku atas keberadaan dirimu di hadapanku.

Seperti yang kau harapkan, aku datang. Begitu katamu.
Kulebarkan pelukku. Kudekap kau dengan segala rindu yang telah lama menunggu.
Tapi di antara hangat yang mendekam, dingin merambat menyadarkanku.
Kau tak memilih kata pulang untukku.
Dan aku tak bisa menyembunyikan kecewa itu.
Kau bukanlah tamu, bukan juga orang asing yang singgah untuk berteduh.
Kau adalah harap yang tak pernah kupupuskan.

Tapi kau tak pulang untukku, kau hanya datang.
Sebagai orang lain...
Dan rinduku telah jadi sia-sia.

Hari ini kamu bertanya sesuatu,
'seperti apa rasanya cinta yang tak bisa memiliki?'
Kamu meyelipkan gundah dalam pertanyaan itu.
Kamu menyertakan harap, meski redup, seolah harap itu tak pasti.

Kamu bercerita. Telah menyusuri setiap doa dengan inginmu yang sungguh.
Aku tahu, seperti apa rasa yang ada padamu.
Aku telah mengenalmu sejak dulu.
Aku mengerti setiap gerak dan isyaratmu.

Tahukah kamu seperti apa rasanya cinta yang tak bisa memiliki?
Ketika kita saling tatap, ingin kutelusuri setiap bayang di matamu.
Ingin keselundupkan sebagian jiwa dan rasaku.
Lalu memberi tahumu tiga kata itu.
Kuharap jawaban yang sama tersimpan di sana.Meski aku tahu, harap itu kadang semu.

Kamu bertanya lagi. Kamu menyimpan redup itu lagi.
Aku tak yakin tentang jawaban apa yang sanggup kuberi.
Kamu dan aku, dua orang yang menabuh ragu, cinta kita yang tak bisa memiliki.

Hujan turun terlalu pagi.
Atau aku yang datang terlalu siang ke tempatmu?
Aku ingat mimpi yang lalu.
Ketika kau katakan sesuatu yang tak sempat kau ucapkan.

Dadaku sesak ketika berada di hadapanmu.
Bukan karena luka. Bukan kecewa. Bukan juga rasa sakit yang terlalu penuh.
Aku hanya tak menyangka, ditinggalkanmu secepat itu.

Ketika aku berdiri.
Aku tahu, sebenarnya kau berada di sela tetes air yang jatuh.
Kau ada di antara repih daun di atas rumput.
Kau mendengar setiap suara.
Kau mendengar tangis yang tak kuucap karena hujan lebih dulu jatuh di atas pusaramu.

Aku tak tahu bagaimana membalas janjimu.
Aku hanya mengingat sejumlah kata dan percakapan.
Aku menyimpan setiap kenangan yang mungkin juga tak kau lupakan di sana.

Bahagiakah kau di sana?
Kuyakin ya.
Aku, di antara sedihku. Menyelipkan bahagia.
Tidurlah... Bermimpilah sampai nanti.
Aku ingat kata-katamu, kita yang menciptakan kebahagiaan itu.
Maka sebaiknya, aku tak perlu sedih lagi...

Tempat yang berbeda, nostalgia yang sama.
Aku menikmati setiap kenangan yang muncul kembali.
Kamu... kursi kosong di hadapanku telah menjelma kamu.
Bahagia yang tak sempat dititipkan hidup kepadaku.
Sedih yang terlalu lama tak kau ambil setelah pergi.

Ada suara yang sama yang kudengar.
Ketika telingaku menghangat, kupercaya doamu yang kau bisikkan dari jauh.
Aku membuka lagi ingatan lalu.
Aku tahu, waktu terlalu singkat meminjamkan kesempatan untuk kita.

Ini bukan tangis kenangan yang telah pergi.
Aku tak membenci.
Aku bersyukur.
Kelak, aku tahu kemana ingatan itu mesti berlari jika aku rindu.
Ruang yang pernah kau datangi. Di situ saja aku tak perlu merasa sepi.

Bukan kepergian yang menyebabkan sedih.
Sebab kutahu, kau hanya memberi jeda bagiku untuk merasa rindu.
Dan aku bahagia... telah diberi kenangan itu.

Apa yang kamu pelajari dari pagi? Syukur.
Untuk orang-orang menggali mimpi yang tercecer semalam.

Apa lagi yang kamu pelajari dari pagi? Kesempatan.
Untuk menggenapi janji yang belum ditepati.

Apa yang kamu tahu tentang pagi? Waktu.
Yang tak memberi kesempatan untuk lengah sebentar saja. Ia terus berlalu meninggalkanmu.

Apa yang kamu suka dari pagi? Aroma pagi.
Memukul kesadaranku kalau kesalahan kemarin tak perlu diingat lagi.

Apa yang kamu cari dari pagi? Cahaya.
Mengatakan kesempatan. Menjanjikan keinginan yang mesti dikejar.

Tapi ada satu hal yang tak mampu dibeli pagi.
Ingatan.
Kita yang punya.

Kataku:
Jika tak mampu memungut mimpi. Tidurlah lagi malam nanti. Sambung rindu yang putus sebelum bangun.
Jika tak bertemu janji. Genapi esok hari.
Jika kehilangan jejak waktu. Ingat aku di ujung kenanganmu. Kita kembali ke masa itu.
Jika tak mampu melupakan kesalahan. Jangan pernah menghapusnya, agar kau ingat masa lalu juga nyata.
Jika tak ada cahaya. Tak perlu mencari. Terang tak selalu jadi petunjuk. Seseorang menggenggam tanganmu dalam gelap. Meski tak pernah kau lihat. Dia yang membawamu mencari bahagia.

                                                             I owe the picture here

Sudah lebih dari 2 minggu sejak kita memulai tahun yang baru. Bagaimana? Sudah ada satu-dua resolusi yang tercapai? 2 pekan bukankah sudah terlalu telat untuk baru menyusun resolusi? Sementara banyak manusia sudah terbang ke belahan dunia lain untuk mengejar apa yang mereka tulis sebelum tutup tahun. Tapi kata orang, lebih baik telat daripada tidak sama sekali. Jadi? Mari kita bicarakan apa yang akan saya bagi kepada teman-teman pembaca di tahun 2014 ini.

Sebab rindu pun minta ditagih.
Maka jika menitip rasa, jangan berpura-pura lupa meninggalkannya.

Yang kutakutkan bukan kosong itu.
Tapi waktu yang menjadikan kekosongan itu bertambah panjang.
Mungkinkah sejenak saja, waktu berbaik hati untuk tidak melanjutkan langkahnya
Agar manusia tak takut diburu kesepian.
Agar tak ada lagi rindu yang berlarut-larut.
Yang digumamkan sebagian orang di sepanjang malam yang dingin.

Kadang, aku ingin berdiam saja.
Berpura-pura lupa pernah mencintaimu begini.
Seperti kamu, yang tak sadar telah menaruh sepotong rasa.
Yang membuat aku bertemu harap.
Yang membuat aku terus berharap.

Rindu minta dipertemukan.
Bukan aku yang tak mau.
Hanya tak yakin, kamu pun mencari cara itu.
Bisa saja, di sepanjang jalan menujumu, kau tengah berlari ke satu belahan lain dunia ini.
Dan rindu itu tak akan pernah bertemu.