Seandainya kita boleh bercakap-cakap sejenak.
Tentang kau dan aku.
Tentang perasaan yang kian sepuh karena waktu.
Aku sedang dalam perjalanan menuju pikiranmu. Mencari bayang-bayang diriku sendiri.
Aku tak tahu, apa istilahnya untuk cinta yang terlalu.
Yang sudah memenuhi syarat sepanjang waktu.
Yang mengorbankan rasa dan sejumlah hal lain yang tak murah harganya.
Terkadang, lelah menyuruhku berhenti untuk mencintaimu.
Namun seperti lintasan yang berputar. Setiap langkah kakiku yang menjauh, justru membawaku kembali padamu. Lagi dan lagi.Atau, sebetulnya hanya karena aku tak pernah benar-benar berniat meninggalkanmu?
Apa kau percaya, Tuhan turut serta dalam setiap perasaan kita?
Tuhan menuntun kita mengenal rasa yang sebenarnya.
Maka aku berdoa. Untuk dua hal yang paling mungkin kita punya: bersama atau berpisah.
Karena bagiku, tak ada cinta yang abu-abu.
Kau harus menetapkan perasaanmu.
Dan aku sadar kini, sia-sia menanggung waktu demi cinta yang semu.
Entah bagaimana denganmu.
Tapi hari ini, aku memutuskan untuk melupakanmu.