Nukilan dari novel Melankolia Ninna: Surat untuk Gamal
By Robin Wijaya - September 11, 2017
Bagaimana
aku bisa mempercayaimu Gamal, jika kamu tidak bisa mempercayaiku. Aku bisa mengerti
semua yang telah kamu lakukan belakangan ini. Aku tahu kamu telah sangat
memikirkanku. Pernah kuucapkan suatu kali, bahwa sulit bagiku untuk tidak
menominasikanmu menjadi suami terbaik di dunia ini.
Kamu
punya segalanya yang kubutuhkan. Waktu, perhatian, cinta. Apalagi? Namun
sekarang aku mempertanyakan semua yang kamu miliki itu? Aku mempertanyakan juga
kesetiaan yang kamu janjikan dulu.
Apa
peranku bagimu sekarang? Apakah kamu sudah menganggapku sebagai orang lain?
Kamu bilang, hanya Terra teman yang bisa memahami tujuanmu datang ke panti.
Namun kamu bahkan tidak memberikan kesempatan padaku untuk mendengar dulu
keinginanmu. Jika saja kamu melakukan itu, apa aku akan benar-benar menolak
keinginanmu?
Aku
tak paham. Aku tak ingin paham.
Baru
kali ini, dalam sepanjang pernikahan kita, aku merasa tidak menjadi siapa-siapa
bagimu. Sedang kamu telah menjadi segalanya bagiku.
Kamu
telah melakukan banyak hal besar bagiku. Mengorbankan dirimu demi
kebahagiaanku. Namun apa yang bisa kuberikan padamu selain luka dan hilangnya
harapan kita.
Aku
benci mengatakan ini Gamal. Benci mengakui kalau kamu sudah begitu baik padaku.
Dan kebaikanmu justru menjadi bumerang buatku. Yang tiba-tiba menyerangku
karena aku tidak bisa menjadi sosok sebaik dirimu.
Aku
berpikir semalaman tentang hubungan kita. Waktu itu, aku pernah marah padamu
dan mengusirmu. Kamu pergi, kamu mengalah. Kamu membiarkanku melakukan itu
padamu. Kamu hanya memohon sebuah kesempatan agar kita bisa kembali.
Kali
ini, aku tidak akan memintamu pergi. Sebaliknya, kupikir aku yang tak perlu ada
di sisimu. Bukan untuk meninggalkanmu Gamal. Namun, aku butuh waktu untuk
sendiri. Aku butuh menepi sejenak dari semua permasalahan ini. Mungkin di luar
sana, aku bisa menemukan alasan terbaik jika pun kita harus bersama. Atau
mungkin, kamu lah yang akan menemukan jawaban dari keinginan-keinginanmu.
Gamal…
aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu. Namun, jika kita bertahan dengan pisau
di setiap perkataan kita masing-masing. Bukankah itu artinya kita sedang saling
melukai? Cinta seharusnya tidak seperti itu Gamal. Cinta seharusnya membuat
kita bahagia, bukan terluka.
Nanti,
jika perasaan hatiku sudah lebih tenang, aku yang akan menghubungimu lebih
dulu. Jangan cari aku, karena aku pergi bukan untuk dicari. Aku hanya butuh
waktu untuk dirku. Dan aku memberikanmu waktu untuk dirimu.
Soal
semua yang telah kamu jelaskan kemarin sore. Kamu tak perlu mengutarakan maaf
lagi, karena kamu memang tidak perlu. Aku telah menerimanya. Dan aku tahu, kita
hanya perlu membicarakan itu satu kali saja untuk kita bisa mengerti.
Aku
mencintaimu Gamal…
1 komentar
waaaah keren. great note!
BalasHapus