­
­

Cerita Soreku Hari Ini: Tentang Kamu, Masih Kamu, Selalu Kamu.

By Robin Wijaya - November 27, 2017
Cerita soreku hari ini: tentang kamu, masih kamu, selalu kamu. Serpih harap dan angan yang kukumpulkan merupa dirimu. Terkadang, aku sangat merindukanmu. Hingga aku tak tahu, sanggupkah aku menunggu esok, demi untuk melihatmu lagi. Jangan abaikan aku, ketika aku berada dalam titik terendahku. Jangan melewatkanku, ketika aku sedang sungguh mencintaimu. Bisakah, sejenak saja, kita duduk semeja. Dan biarkanku memandangi setiap liku wajahmu. Sebelum...

Continue Reading

  • Share:

Nanti Dulu

By Robin Wijaya - September 29, 2017
Nanti dulu, jangan buru-buru pergi. Rinduku belum tuntas padamu. Nanti dulu, jangan buru-buru pergi. Sampai aku benar-benar lelah mencintai. Meski aku tak yakin kapan saatnya itu. Nanti dulu, jangan cepat-cepat mengaku. Sepeti aku yang malu-malu meminta Tuhan menjadikanmu milikku. Nanti dulu, jangan keburu ingin lupa. Kalau kenangan sudah tak ada, bagaimana caraku mengingat kamu lagi? Nanti dulu, jangan cepat kau pahami. Aku dan...

Continue Reading

  • Share:

Nukilan dari novel Melankolia Ninna: Surat untuk Gamal

By Robin Wijaya - September 11, 2017
Bagaimana aku bisa mempercayaimu Gamal, jika kamu tidak bisa mempercayaiku. Aku bisa mengerti semua yang telah kamu lakukan belakangan ini. Aku tahu kamu telah sangat memikirkanku. Pernah kuucapkan suatu kali, bahwa sulit bagiku untuk tidak menominasikanmu menjadi suami terbaik di dunia ini. Kamu punya segalanya yang kubutuhkan. Waktu, perhatian, cinta. Apalagi? Namun sekarang aku mempertanyakan semua yang kamu miliki itu? Aku mempertanyakan juga...

Continue Reading

  • Share:

D I L E M A

By Robin Wijaya - Agustus 27, 2017
Ada pertarungan sengit tentang dirimu dalam pikiranku. Tentang keinginan untuk melupakanmu selamanya, atau terus bertahan dan meyakini bahwa kau akan mencintaiku suatu ketika nanti. Bagaimana caraku memilah kesadaran tentang dirimu? Aku tak tahu. Sebab sejak saat cinta bertuliskan namamu, hidupku bagai mimpi yang tak pernah tahu di ujung mana akan terbangun. Tetap saja, cinta itu sebuah perkara yang sulit. Meski aku telah mengatakan...

Continue Reading

  • Share:

Kita Hanyalah Manusia

By Robin Wijaya - Juni 16, 2017
Aku enggan menulis. Namun pikiranku tak mau berhenti bicara. Mulai dari sejumlah pertanyaan, hingga monolog yang kuberikan kepada diriku sendiri. Atas sesuatu. Tentang sesuatu. Pagi ini, hari terasa indah untuk sebagian orang. Bagiku, justru sebaliknya. Ada kegelisahan yang ingin kutanyakan kepada Tuhan. Meski aku tahu, jawaban itu akan datang pada waktu yang telah Ia tentukan. Bukan pada saat yang paling kita inginkan. Aku...

Continue Reading

  • Share:

Catatan Pagiku Tentang Mencintaimu

By Robin Wijaya - Maret 30, 2017
Mungkin terdengarnya, ini terlalu awal untuk diucapkan. Tetapi, dalam 3 hari terakhir setidaknya, sudah beberapa kali aku merasakan, bahwa mungin aku tak akan bisa hidup tanpamu. Tanpa mencintaimu. Walau sekejap saja. Beberapa tahun lalu, kita memulai ini tanpa letupan cinta seperti yang dialami remaja. Aku menilai, caramu mencintai begitu sederhana dan tak terlihat mengada-ngada. Kamu tak memasang satu standar tertentu, bahwa mencintai seharusnya...

Continue Reading

  • Share:

Welcome Home, Sayang!

By Robin Wijaya - Maret 02, 2017
Aku, mungkin seperti kebanyakan orang lainnya. Yang selalu menganalogikan cinta sebagai rumah. Untuk kembali pulang. Untuk beristirahat sejenak. Untuk berlindung dari terik maupun dingin. Dan kamu adalah pengelana yang selalu ingin pergi. Yang selalu mencari. Yang terkadang, berjalan seperti tak punya arah pasti. Namun, semua pengelana pun butuh rumah. Sesungguhnya pergi adalah sebuah perjalanan untuk kembali. Maka, aku tak akan memintamu bergegas pulang....

Continue Reading

  • Share:

Kotak Kenangan

By Robin Wijaya - Januari 15, 2017
Apa yang akan kamu lakukan ketika seseorang meletakkan sekotak kenangan di depan rumahmu? Menyisipkan sebagian yang ingin kamu ingat, dan sebagian lainnya tidak. Mungkin ini lebih dari sekadar persoalan masa lalu dan ingatan. Bahwa sebaiknya kaki yang telah melangkah, tak perlu lagi dijerat bayang-bayang. Bahwa kepalamu yang menatap lurus ke depan, sebaiknya tak perlu lagi menoleh ke belakang. Kita adalah manusia. Mengingat-ingat adalah...

Continue Reading

  • Share: