Pembaca tersayang, Banyak jalan menuju Roma. Banyak cerita berujung cinta. Robin Wijaya, penulis novel Before Us dan Menunggu mempersembahkan cerita cinta dari Kota Tujuh Bukit. Leonardo Halim, pelukis muda berbakat Indonesia, menyaksikan perempuan itu hadir. Sosok yang datang bersama cahaya dari balik sela-sela kaca gereja Saint Agnes. Hangatnya menorehkan warna, seperti senja yang merekah merah di langit Kota Roma. Namun, bagaimana jika ia juga membawa luka? Leo hanya ingin menjadi...
Sekali saja... aku ingin menjadi nafasmu. Yang kau butuhkan untuk bertahan hidup. Sekali saja... aku ingin menjadi imajinasimu. Yang kau abadikan dalam cerita-cerita yang kau tulis. Sekali saja... aku ingin menjadi pelangi. Yang kau tunggu setelah hujan, yang membuatmu bertahan meski menggigil kedinginan. Sekali saja... aku ingin menjadi sebentuk cincin. Yang kau lingkarkan di jari, mengesahkan milik, menjadi cinta yang kau pilih. Sekali...
the pic is taken from here Di sepanjang perjalanan hidup, kita melihat banyak orang yang datang dan pergi. Ada yang singgah hanya dalam hitungan waktu, dan ada yang mencoba untuk berdiam dalam masa yang cukup panjang, meski kemudian ia pergi dan tak pernah menengok ke belakang lagi. Tapi hanya akan ada satu yang benar-benar tinggal untuk selamanya. Ketika kau tahu kalau dia bukanlah satu...
Bagaimana jika... kau tak pernah dipercayakan Tuhan untukku? Yang berarti, tak ada harap dan kesempatan. Bagaimana jika... langkah kita ternyata saling menjauh? Tak pernah ada titik dimana kita akan berdiri bersama nanti. Bagaimana jika... sebaiknya kita memang berpisah jalan? Kau dengan pilihanmu, aku dengan pilihanku. Mungkin lebih baik begitu. Bagaimana jika... tak ada hati yang dilibatkan dalam percakapan? Kita adalah kita tanpa rasa....
Aku sudah merenungkan, bahwa semestinya tak jadi begini. Seandainya tak ada takdir yang mempertemukan kita, maka aku tak perlu mengenalmu. Dan tahu apa artinya itu? Aku tak perlu jatuh pada perasaan. Tak perlu jatuh cinta padamu. Tapi siapa sanggup berkelit dari takdir yang telah digariskan. Mungkin Tuhan yang memilihkan. Atau, sengaja kah kamu datang ke dalam hidupku untuk sekedar menabur rasa? Aku tak...