Kenapa Jatuh Cinta?

By Robin Wijaya - Maret 28, 2015

I owe the picture here


Secangkir cokelat panas, musik sentimentil, dan perempuan yang duduk termangu. Malam itu kami bertemu tatap untuk sebuah hal sederhana bernama percakapan. Bukan temu yang terjadwalkan, hanya sebuah kesempatan yang tak diharapkan terjadi, juga tak sungguh-sungguh diinginkan.

Perempuan itu bertanya padaku, "Kenapa kau gemar menulis jatuh cinta, rindu, patah hati, kesedihan, dan hal lain yang kadang terlalu nyata untuk sebuah tulisan?"
Aku menjawab, "Sederhana. Kita mengalaminya."
"Semua?" tanyanya lagi.
Aku terdiam sejenak. Gerak jemariku untuk menggenggam badan cangkir yang hangat hanyalah sebuah isyarat, bahwa seperti pekat cokelat di dalam sana, kau selalu tahu persis apa yang kau rasakan.

"Kau menyebut jatuh cinta dalam kata pertamamu. Bukankah kata lain yang kau sebut setelahnya adalah satu paket rasa yang tak mungkin dipilah-pilah?"

Perempuan itu mengangguk. Entah paham, entah hanya sekadar cara untuk menunjukkan sikap menghargai ketika mendengarkan seseorang berbicara.

"Ketahuilah, bahwa saat kau mencintai, kau tak bisa memilih perasaan mana saja yang ingin kau alami. Jatuh cinta serupa pengalaman mengenal dunia. Ada sakit dan bahagia yang kadang muncul beriringan, kadang pula bergantian. Kau tak bisa selalu bergembira. Kadang kau menangis, kadang kau mengutuk semua yang terjadi padamu. Tapi, bukankah manusia tak pernah kapok jatuh cinta? Kita diciptakan untuk hal tersebut, kita diciptakan untuk mengalami itu."

Perempuan itu tersenyum getir. Separuh menyetujui, separuh menyesali. Kenapa manusia disertai perasaan dan keinginan dalam penciptaannya?

"Boleh tanya sesuatu?"
Aku mengangguk, mengiyakan.
"Mungkinkah kau memilih untuk tidak jatuh cinta lagi?"

Aku tersenyum. Jemariku yang merangkum badan cangkir, masih setia melingkar di sana. Aku mengangkat cangkir tersebut. Menyesap perlahan cokelat yang tak kunjung berubah suhu.
"Mungkin. Jika aku sudah mati..."

  • Share:

You Might Also Like

2 komentar

  1. Selalu suka tulisan bang robin. selalu penuh teka-teki di akhir tulisan. Dan membuatku selalu penasaran tentang kelanjutannya :')

    BalasHapus