Amanda Inez dan Beauty Sleep

By Robin Wijaya - November 02, 2013

Saya sudah lama tahu kalau ada sebuah novel berjudul Beauty Sleep yang diterbitkan oleh GagasMedia. Ditulis oleh seorang penulis debut, Amanda Inez. Tapi seperti halnya pembaca-pembaca lain, saya pun kerap memutuskan akan membaca sebuah buku dari blurb yang disajikan di back cover novel tersebut, dan sejujurnya saat itu saya merasa belum tertarik untuk membacanya. Karena... yeah, alasan klasik, blurbnya tidak membuat saya jatuh hati pada pandangan (membaca) pertama.


Sampai akhirnya, ketika akhir September kemarin saya akan pergi liburan, saya mampir ke rumah pacar dan bilang mau pinjam novel. Saya hampir tidak pernah bisa tidur saat di pesawat, dan untuk mengusir jenuh saya butuh bacaan. Saya memutuskan untuk tidak membawa bacaan yang berat dan bikin mikir. Dua atau tiga novel kemudian dipilihkan untuk saya, dan salah satunya adalah Beauty Sleep.

Tidak semua buku saya bawa ke kabin. Saya harus memilih salah satu. Lagi-lagi, mungkin karena memang jodoh, Beauty Sleep lah yang terpilih. Sambil menunggu boarding, sesekali saya mengintip isi novel ini. Hmmm... kelihatannya menarik, bisik saya saat membuka bagian prolognya. Sampai tidak terasa, saya mulai menekuri lembar demi lembar novel ini.

Setelah take off, setelah orang-orang mulai asik mendengkur, setelah beberapa yang lainnya mulai sibuk bolak-balik ke toilet, dan sebagian lainnya memesan ini dan itu, saya masuk ke dalam cerita yang Amanda suguhkan lebih jauh. Pada tahap ini, teman-teman pasti setuju kalau saya sudah terlanjur menikmati cerita si Bodoh dan Tuan Putri sampai kisah ini berakhir di ujung halaman buku.

Well, saya tidak akan membahas isi bukunya. Seperti biasa, saya tidak ingin membocorkan isi cerita dan akan memberi kesempatan teman-teman untuk mengetahui isi ceritanya sendiri. Karena bagaimana pun juga, kenikmatan saat membaca datang dari ketidak tahuan kita.

Satu kata yang mewakilkan perasaan saya ketika membaca novel ini adalah... teduh. Entahlah, Amanda mengantarkan saya pada dunia yang dibentuk lewat penglihatan si Bodoh. Dunia yang berisi ragam rasa yang seperti dituturkan oleh Amanda sendiri adalah refleksi dari iman dan harapan. Saya harus setuju, dan menurut saya hal itu yang membuat novel ini menjadi istimewa. Istimewa bukan karena bahasa, bukan karena pilihan kata, tapi dari nyawa yang muncul di dalamnya. Mungkin karena itulah, saat redaksi mengundang beberapa penulis untuk berpartisipasi dalam GagasDebut Virtual Book Tour, saya langsung bersedia dan memilih Beauty Sleep tanpa ragu.

Berikut adalah tulisan Amanda Inez sendiri tentang Beauty Sleep. Saya rasa, saya cukup mengantarkan Amanda sampai di sini. Mari kita simak, apa kata 'iman dan harap' nya?



Sebuah Refleksi dari Penulisan Novel Beauty Sleep
Oleh Amanda Inez (penulis novel Beauty Sleep)

To be honest, saya nggak ingat kenapa ide Beauty Sleep bisa muncul. Bisa dibilang, Beauty Sleep adalah satu-satunya novel yang saya tulis dalam waktu kurang dari satu minggu. Sejak dulu saya menulis, belum pernah sekalipun saya berhasil menamatkan satu novel dalam waktu yang sungguh singkat, dan lulus ke penerbit unggulan macam GagasMedia pula. Karena itu, saya percaya bahwa novel ini adalah hadiah semata-mata dari Sang Pencipta.
Sewaktu saya beranjak remaja, nggak ada hal lain yang ingin saya lakukan selain menulis. Saya biasa menulis di kelas, di tengah pelajaran, di jam istirahat, bahkan di mobil jemputan sekalipun. Saya sungguh beruntung karena walaupun saat itu orangtua saya masih belum bisa memberikan support kepada hobi saya, teman-teman saya semasa SMP dan SMA begitu mendukung saya untuk menulis. Dan walaupun saya sempat harus merasakan patah hati karena naskah saya ditolak penerbit, saya nggak ingin berhenti menulis.
Di akhir musim panas 2012, saya kembali ke Toronto setelah berlibur di Australia dan Indonesia. Satu minggu menjelang permulaan semester kuliah, saya sedang kehabisan ide. Lalu, saya hanya duduk dan mulai menulis asal di laptop selama kurang lebih sepuluh menit. Dan ketika saya tersadar, itulah prolog Beauty Sleep yang kemudian saya kembangkan. Rasanya aneh ketika teman-teman bertanya, “Kok bisa?” dan saya nggak mempunyai jawaban yang cukup masuk akal.
Beauty Sleep adalah kisah tentang iman dan harapan. Saya rasa, keberhasilan saya menerbitkan novel ini adalah bukti bahwa mimpi saya di dunia penulisan belum berakhir. Bahkan, di saat mengirimkan print-out naskah dari Toronto ke Jakarta pun, saya benar-benar beruntung. Tante saya yang kebetulan datang berkunjung tidak keberatan saya titipkan naskah, dan selanjutnya Mama yang mengurus pengiriman ke redaksi. Dalam hati, saya sudah bisa membayangkan kemungkinan terburuk: ditolak. Tetapi kali ini, pada pukul tiga dini hari (waktu Toronto) di bulan Desember, saya mendapat email yang mengubah hidup saya.
Sering kita mengalami yang disebut harus berdiri di perempatan jalan. Saya terutama masih berdiri di perempatan itu, belum bisa memutuskan jalan mana yang harus diambil. Terkadang satu jalan terlihat nyaman namun merusak, dan jalan yang lain terlihat panjang namun membangun. Tema ini juga saya masukan ke dalam Beauty Sleep ketika si Bodoh (Ralph) memutuskan untuk mengambil jalan yang jujur. Walaupun tidak nyaman pada awalnya, keadaan akan selalu membaik seiring berjalannya waktu. Maka, untuk teman-teman yang saat ini masih merasa ragu akan masa depan, jangan khawatir jika nasib kita nggak sebaik orang lain. Berbahagialah karena nasib kita juga nggak seburuk orang lain.
Novel ini juga menjadi bukti bahwa keajaiban bisa saja terjadi kalau kita bersabar dalam menunggu, juga kalau kita menyerahkan diri kita seutuhnya kepada Sang Pencipta. Seperti Elisa yang mendapatkan penglihatannya kembali, saya yakin bahwa sebaiknya kita semua nggak pantang menyerah… Seperti satu quote terkenal “What is meant to be will always find a way.” Juga, jangan lupa berdoa, karena doa yang tulus adalah kekuatan besar yang bisa menyelamatkan siapa pun, termasuk orang yang mendoakan J


With Love,
Amanda Inez
@amandainezz




Belum tahu novel Beauty Sleep itu yang mana? Oalaahhh... yang ini loh...
Abaikan background Manchaster United-nya... abaikan!!!




GagasDebut Virtual Book Tour
Teman-teman bisa mengenal lebih jauh baik karya maupun penulis-penulis debut GagasMedia yang telah menerbitkan karya pertama mereka di GagasMedia. Selama bulan November ini, review, giveaway maupun interview-nya bisa disimak di blog-blog keren teman-teman blogger, penulis GagasMedia maupun penulis buku itu sendiri. Atau simak di twitter GagasMedia @GagasMedia


  • Share:

You Might Also Like

0 komentar