Kisah Yang Dibicarakan Oleh Mereka

By Robin Wijaya - November 17, 2013

Sudah lama saya menjadi penggemar tulisan-tulisan Morra Quatro dan Sefryana Khairil. Novel-novel mereka sudah saya baca sebelum saya juga menjadi penulis dari penerbitan yang sama. Jadi, review ini semata-mata karena saya adalah penggemar tulisan mereka.

Mari kita mulai dari NOTASI karya Morra Quatro lebih dulu.


Cukup lama menantikan karya ini. Bahkan sejak alternatif covernya di-publish oleh sang penulis, dan judul yang tercetak saat itu masih RETURN (Yeah Mbak, sometimes I cant stand that shitty feeling known as kepo, hahahahaha). Waktu untuk menunggu Notasi terbit rasanya cukup lama dibanding Believe (Morra previous novel). Saya ingat, sampai bolak-balik mengecek akun member on-line bookshop saya hanya untuk mengetahui apakan status bukunya sudah dikirim atau belum. Entahlah, saya mencandu diksi dan gaya menulis Morra. Terlebih saat membaca review beberapa teman yang mengatakan setting novel ini di akhir tahun 90-an. Kebetulan saat itu saya juga sedang menulis VERSUS yang settingnya di akhir tahun 90-an. Tambahlah saya gemas ingin segera membaca. Ingin menikmati kembali tahun-tahun tersebut.

Dan ketika novel tersebut sampai. Dan ketika saya mulai membuka lembar demi lembar kertas beraroma tersebut. Ketika saya mengenal Nino (yang belakangan tampaknya jadi idola baru para penggemar Morra), juga Nalia yang sayangnya kali ini tak bisa membuat saya lebih jatuh cinta selain Karla dan Biru. Ketika...

Sampai akhirnya Notasi berada di ujung halaman terakhhir, dengan barisan kata penutup yang akan mengakhiri kisahnya. Saya tersenyum. Campuran puas, gembira, senang, sedih, dan pertanyaan 'kapan Morra akan membuat saya kembali merindui tulisannya'.

Jadi bagaimana kisahnya? Oh, jangan tanya saya. Saya anti spoiler. Tapi saya rasa, bagaimana perasaan saya ketika menggambarkan isi buku tersebut bolehlah menjadi review yang memikat teman-teman untuk membacanya.

Sampai bertemu di satu tempat dimana kamu akan merindui seseorang untuk kembali. Seperti yang Morra lakukan lewat cerita Nino dan Nalia. Sekian...


Perjalanan panjang bersama TOKYO oleh Sefryana Khairil

Ah, sungguh sangat panjang kalau menceritakan behind the scene novel ini. Belum lagi kalau saya panggil Moemoe Rizal, Dahlian, dan Prisca Primasari untuk ikutan ngobrol. Kami tahu bagaimana seluk beluk kisah ini ditulis. Sebuah obrolan di lantai dua restoran cepat saji di Kuningan. Sefryana yang mengutarakan bagaimana ia ingin memasukkan unsur legenda di sana. Lalu plot yang bolak-balik di revisi. Curhat tentang kakak editor yang sudah menagih naskah. Sampai revisi yang memusingkan.

Obrolan saya dan Sefryana Khairil cukup intens saat penulisan ini. Kami mendiskusikan ini dan itu. Tentang eksekusi yang begini dan begitu. Tentang moment-momet kepercayaan diri Sefry yang sempat drop saat mengerjakan beberapa bagian. Tapi nyatanya, Sefry mengeksekusi Tokyo sebagai salah satu yang terbaik yang pernah saya baca (okay, favorit saya sih tetap Coming Home, hehehehehe). Dan, terima kasih GagasMedia, sudah memilihkan cover yang begitu cantik.

Bagaimana cerita cinta Tora dan Thalia di novel ini? Ah, sepertinya kadang cinta memang datang tanpa terencana. Bisa jadi seperti kebetulan. Atau takdir? Atau takdir yang kebetulan? Selain kisah cintanya, kamu bisa menikmati nuansa Tokyo di musim panas. Sakura, teh, dan fashion muda-mudi Jepang yang bahkan Syahrini pun rela ke sana demi mempelajari modenya. Ulala...

Gaya menulis Sefry kurang lebih sama seperti novel-novel sebelumnya. Puitis dan mampu mengolah emosi kedua tokohnya dan menyajikannya kepada pembaca. Susah loh mendeskripsikan perasaan orang. Mendeskripsikan perasaan sendiri aja kadang susah kan? Halaaahhh....

Jangan lewatkan kisah Tokyo sebagai penutup dari serial Setiap Tempat Punya Cerita GagasMedia.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar