Kisah Mereka (sebuah nukilan dari novel VERSUS)

By Robin Wijaya - Desember 10, 2013



Bicara Versus. Bicara kisah tentang Amri, Chandra dan Bima. Tiga sahabat yang dipertemukan di satu waktu. Mengalami konflik dan pergulatan batin masing-masing. Amri dengan masalah keluarganya: Ayahnya yang seorang polisi, dan adiknya yang selalu menjadi pembanding dengan dirinya. Chandra yang selalu menyesali dirinya sebagai seorang keturunan etnis tionghoa, dibully dan diperlakukan kasar oleh lingkungannya. Dan Bima yang sulit menerima fakta kalau kakak lelaki satu-satunya memilih menjadi transgender.

Akankah harapan selalu hidup di antara perbedaan-perbedaan yang tak akan mungkin disatukan? Simak kisahnya dalam VERSUS. Berikut adalah nukilan yang saya ambil dari novelnya:


AMRI
Pria itu berdiri di lingkar paling luar kerumunan pelayat yang mengelilingi pusara. Serbuk-serbuk hujan jatuh di kepalanya. Dia tidak menangis. Tidak sama sekali. Begitu pula aku.

Aku menatapnya dari kejauhan. Chandra. Dia melepas kacamatanya, menghapus embun di sana, lalu mengenakannya lagi. Bukan air mata yang membuat kacamata itu berembun, melainkan hujan. Namun, bukankah ada kesedihan yang tidak bisa dijelaskan air mata? Kami tidak menangis, tetapi lubang di dada kami jauh lebih dalam dari liang kubur itu.

Aku merapat lebih dekat ke batu nisan. Sebagian orang pergi meninggalkan pekuburan. Dari sudut mata, aku melihat Chandra menjauh ke sebuah pohon besar. Sebentar lagi aku akan menyusulnya ke sana. Sebentar lagi. Sekarang aku perlu melihat nama sahabatku di batu nisan. Sekali lagi. Untuk merekam kenangan, bahwa pemakaman ini akan menjadi bagian dari memori kami.


CHANDRA
Ketika gue sampai di rumah. Gue lihat nyokap udah balik. Dia tergeletak lemas di sofa. Nggak ada sepatah kata pun yang dia ucapkan, atau bahkan pertanyaan seperti “abis dari mana gue” atau apa pun itu yang biasa Nyokap tanyakan ketika melihat gue pulang.

Nyokap bungkam. Bukan karena kesal. Gue tahu persis kalo isi kepalanya dipenuhi masalah toko yang terbakar. Gue nggak pernah ngelihat Nyokap seperti ini. Jadi, begitu melihat keadaan nyokap yang kayak gitu, betul-betul bikin gue nggak tega.

Gue emang bukan anak yang nurut. Bukan tipe anak kesayangan keluarga juga. Malah bisa dibilang sangat jarang menunjukkan perasaan sayang ke Bokap dan Nyokap. Tapi kali ini, gue benar-benar ngerasain yang namanya sayang dan cinta yang nggak pernah bisa gue kasih ke siapa pun di dunia ini.

Gue pengin duduk di sebelah nyokap rasanya. Memeluk dia dan bilang, “Sabar ya Ma”. Ini bener-bener cobaan terbesar dalam hidup gue. Dan mungkin juga salah satu cobaan terbesar dalam keluarga kami.


BIMA
Mobil berbelok ke arah Manggarai sekarang. Tujuan awal kami memang ke Tebet. Ada sebuah kafe yang enak dan nyaman di sana. Chandra yang mengusulkan tempat tersebut, tapi yang memberi ide malah tidak ikut.

“Soalnya gua sering ngerasa hidup gua masih hidup yang lama kalo tetap tinggal di situ,” lanjut Amri setelah jeda beberapa lama.

“Hidup lu emang cuma buat nginget-nginget masa lalu doang.”

“Makanya, gua ngerasa lebih baik keluar dari Kampung Bayah.”

Saya berdecak dalam hati. Ternyata waktu belum bisa melunturkan rekam jejak hidupnya di masa lalu.

Saya menurunkan kaca mobil, mengambil sebatang rokok dan kembali “bersenang-senang” dengan nikotin. Setelah saya tidak menanggapi ucapan terakhir Amri, dia memilih diam saja dan berkonsentrasi pada lalu lintas di depan sana.

Spion kiri mobil memantulkan cahaya terang dari lampu sebuah sepeda motor. Pengendaranya mencoba mendahului dari sebelah kiri. Saya menyelamatkan mata saya dari cahaya silau tersebut. Ketika sepeda motor tersebut berhasil melewati mobil Amri, kaca spion kembali tenang. Saat itulah, saya menemukan pantulan bayangan saya sendiri.

Saya bertanya pada sosok di dalam spion sana. Apakah saya sudah lepas dari bayang-bayang masa lalu? Jangan jangan bukan cuma Amri yang begitu. Saya pun juga. Atau sebenarnya, masa lalu memang tidak pernah benarbenar hilang? Hanya tertinggal sementara di belakang dan bisa saja kembali lagi.


VERSUS tersedia di toko-toko buku seluruh Indonesia dan toko buku on line. Selamat berburu!

  • Share:

You Might Also Like

2 komentar

  1. udah beli..tp enggak tau bacanya kapan. tp kebetulan gue punya blog dan sering meresensi, jd nanti kalo udah masuk blog, gue link-in deh...Mas Robin, salam kenal ya bro

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hei, salam kenal juga. Makasih ya, dan selamat membaca kisahnya :)

      Hapus