It's love, and it's over

By Robin Wijaya - Maret 17, 2011

“Hai…”
“Hai. Kau?”
“Apa kabar?”
“Baik… Kamu?”
“Baik.”
Perempuan itu berdiri di hadapanku. Kami, diam, sejenak. Terkurung dalam pertemuan ini.
“Astaga… sudah lama sekali kita tidak bertemu.”
“Yaa… lama sekali. Bagaimana kalau kita makan atau sekedar minum kopi dulu.”
“Aku tidak keberatan Bie. Tapi, maaf, aku tidak datang sendirian.”
“Kau?”
“Suamiku sedang menunggu di lobi.”
“Ooo...”
Hening. Beberapa saat kami tak mampu saling melempar kata.
“Sorry.”
“Tak apa.”
Hanya itu yang akhirnya jadi penutup.
“Tiara, tunggu.”
“Ya.”
“Boleh aku minta nomor…”
“Oh ya, sebentar aku ambilkan kartu namaku.”
“…”
“…”
“Tidak, tidak. Tidak usah Tiara. Tidak perlu, aku juga sedang terburu-buru.”
“Kau yakin?”
“Ya. Umm… maksudku, lain kali saja kalau kita bertemu lagi.”
“Ooo… baiklah. Good bye Bie.”
“Bye…”
Perempuan itu pergi, dan aku cuma menatap punggungnya sampai dia benar-benar berlalu.

Kalau hari ini kita bertemu lagi dalam sebuah kesempatan, dalam sebuah waktu. Berdiri berhadapan sebagai dua pribadi yang berbeda, mungkin tak akan pernah lagi ada kata sama kecuali perasaan yang tertinggal di hati masing-masing. Bahwa aku, pernah mencintaimu. Dan kamu, pernah ada dalam bagian hidupku. Itu saja. Maka, aku sebut ini seperti… jatuh cinta pertama kali.
Tapi tampaknya waktu tak pernah berbaik hati untuk berhenti barang sedetik pun. Agar aku diberi kesempatan untuk bisa lebih menikmati kebersamaan ini. Agar aku bisa mengagumi dirimu lebih lama lagi. Tanpa pernah diganggu, tanpa takut kehilanganmu. Tapi sayangnya tak pernah begitu.
Jadi. Kalau pun memang tak ada jalan menuju tempat yang kita inginkan. Biarkan aku berpaling kali ini. Biarkan aku tak bertahan untuk menatap matamu lagi. Bukan, bukan karena aku tak mau. Tapi tak sanggup. Karena aku takut tak bisa pergi lagi setelah menatap matamu dan menemukan cinta lama kita masih tersimpan disana, sementara kita tahu keadaan kita masing-masing sudah berbeda.


“Bie…”
“Iya.”
Seseorang memanggilku dari belakang sana
“Ayo kita pulang.”
Itu isteriku, berdiri bersama anak laki-laki ku di ujung pintu.



Flash Fiction, 316 kata (tidak termasuk judul)

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar