KETIKA oleh Aiman Bagea

By Robin Wijaya - Juli 27, 2012


           Kami sama-sama berangkat dari group kepenulisan yang rajin menggelar even menulis on-line, cuma itu yang saya tahu. Tapi sejak setahun terakhir saya hampir tidak pernah aktif (jangan tanya kenapa ya? Penjelasan biasanya cuma memunculkan alasan), sehingga saya hanya tahu 'dia itu Aiman, yang menjuarai cerpen of the month', that's all.
          Jadi, saya baru tahu tentang KETIKA saat Aiman men-tag catatan facebook tentang novelnya yang akan segera terbit. To be honest, saya jarang membeli novel debut kecuali setelah membaca beberapa review-nya di Goodreads atau pun hasil googling. Tapi karena saya mengenal Aiman, dan saya pikir ini adalah langkah yang baik untuk menjadi catatan sejarah dalam group kepenulisan kami (Untuk Sahabat) agar semakin banyak teman-teman yang mengikuti jejaknya (Aiman), so saya pikir membaca dan me-review-nya sebagai sebuah apresiasi sangatlah pantas.
          Lagi (dan seperti biasa), saya tidak mau review ini menjadi spoiler tentang isi novelnya. Lebih baik tahu dan mengalaminya sendiri saat membaca. Ini tentang mereka; Naira, Diba, dan Aji. Yang terlibat dalam kisah cinta, persahabatan, dan impian. Yang mencoba mencari kebenaran perasaan meski diam-diam diekori perasaan takut kehilangan.
          Ceritanya sederhana, tema dan konflik yang sudah banyak diangkat. Tapi sekali lagi, semua tergantung pengemasan bukan? Saya selalu menyukai gaya penulisan yang lembut, menggunakan diksi dan metafora. Tapi bukan berarti mesti dilakukan dengan ber-lebay-lebay ria, dan luckily Aiman tidak melakukannya. Satu yang menjadi catatan saya, tema yang sudah banyak diangkat mestinya dikelola dengan baik juga. Di beberapa bagian saya merasa 'ini sangat biasa' atau 'it's so yesterday', but that's okay, bukankah ini proses belajar? Di novel berikutnya, pasti Aiman akan lebih baik lagi.
          Saya yakin, Aiman telah berusaha keras untuk novel ini. Mungkin revisi dan editingnya bikin capek. Mengurangi waktu nonton TV, tidur, bahkan nongkrong bareng teman. Saya pernah mengalaminya ketika menulis Before Us-Cinta di Belakangmu. Dan banyak penulis di luar sana yang mungkin punya cerita yang sama. Jadi, pada akhirnya, cukup berjabat tangan saja dan mengucapkan "selamat, you did it!". Taruhan demi apapun, wujud bukunya mengalahkan rasa lelah berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Ayo, Aiman, menulis lagi! :)

  • Share:

You Might Also Like

4 komentar

  1. Aiman Bagea dan Robin Wijaya, dua mutiara masa depan sastra indonesia tercinta. I Proud both of you, guys!

    BalasHapus
  2. Keren..
    Semoga aku segera menyusul dengan karyaku..
    amiin--

    keep writing!!!

    BalasHapus
  3. Mas Aji: Amin... Proud of you too, thank you sudah membuka jalan untuk kita-kita ya Mas. Dan pasti makin banyak yang akan menyusul dan lebih hebat nantinya :)

    Rohman: Keep fighting Rohman! :)

    BalasHapus
  4. me too Om. pertama kali tergabung dalam sebuah buku antologi, dari grup Unsa (Ibuku Adalah...) lalu perlahan mulai merangkak sendiri :)
    nggak nyangka, UNSA melahirkan banyak sekali orang hebat
    semoga saya cepat nyusul aamiin X)

    BalasHapus