Dia Ngomongin Kamu

By Robin Wijaya - Juli 27, 2012


Telepon berdering. Lagi.
Sekali. Dua kali. Tiga kali. Hampir lima kali.
          Aku berusaha tak memedulikannya. Saat-saat bersama si Mas harusnya jadi waktu langka yang tidak boleh terganggu oleh apapun. Termasuk telepon tadi.
          Aku meraih ponsel yang tergeletak di lantai setelah kami bermandi peluh karena hubungan badan barusan. Kamar kos ini sempit dan pengap. Bahkan saat kami mencapai klimaks, kami harus menahan suara agar tidak merintih terlalu keras. Malu, nanti didengar tetangga. Meskipun aku harus mengaku, berhubungan seks di kamar petak berderet-deret seperti ini selalu menimbulkan sensasi. Seperti sembunyi-sembunyi. Ada perasaan deg-degan, tapi kamu tidak bisa memungkiri gejolak hasrat yang tak mungkin ditahan.
          Telepon tadi itu dari...... temanku. Bukan, teman dekatku. Oke, dia mengaku kalau aku ini sahabatnya.
          Biasa. Kalo lagi ada masalah, pasti langsung cari teman curhat. Terus, cerita sambil nangis-nangis nggak karuan.
          Sebagai sesama perempuan, bukannya aku tak peduli dengan masalahnya itu. Hanya saja...... Oke, kita bicarakan masalah dia. Katanya, suaminya jarang pulang belakangan. Jadi dingin, mudah emosi, dan kalau dia bertanya 'kemana aja sih baru pulang', ujung-ujungnya si suami malah pergi beneran. Kasihan!
          Pasti, barusan dia mau curhat masalah suaminya lagi. Aku bosan. Malas juga jadi tempat curhatnya. Lagian, dia yang nganggap aku sahabat kan? Emang dia pernah nanya ke aku, apa aku mau jadi sahabat dia?
          Tapi, temenku ini nggak putus asa. Dia yakin aku bakal nelepon dia balik dan nanya keadaannya sekarang. Baru saja, dia ngirim SMS. Suaminya udah nggak pulang tiga hari. Handphone-nya juga mati. Dia minta aku bantuin cari tahu tentang suaminya itu.
          Aku menutup SMS tersebut. Belum kepikiran untuk jawab apa. Tahu-tahu, tangan si Mas udah melingkar lagi di dada, menarikku, memeluk tubuhku dari belakang. Dia menciumi leher dan punggungku.
          "SMS dari siapa?" tanyanya.
          "Mimi," jawabku.
Si Mas diam sejenak.
          "Dia ngomongin kamu, Mas," tambahku.
Si Mas cuma menggumam kecil, tangannya melingkar semakin erat di dadaku.
          "Ayo lanjut lagi," ajaknya.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar