Seperti Senja

By Robin Wijaya - Juli 03, 2012



Orang bilang, senja adalah cara waktu mengembalikan cinta kembali ke rumahmu
Cinta boleh pergi kemana pun, sejauh apapun
Tapi selama hatinya terikat padamu, dia akan kembali lagi

Apa kabarmu sore ini?
Katanya, gerimis melunturkan penat dan lelah
Mungkin begitu
Sepanjang aku duduk di bingkai jendela menatap hujan,
aku tak pernah berhenti berharap akan menemukan wajahmu muncul dari ujung jalan, berlari menutup kepala dengan tas kulit yang kau bawa untuk bekerja
Kuhitung menit dan detik, menanti wajahmu itu

Mari bicarakan cerita kemarin lalu
Katamu, senja adalah waktu untuk menjemput mimpi yang sebenarnya
Katamu, gelap adalah warna langit yang sempurna
Bukankah langit memang selalu begitu?
Matahari cuma mampir setengah hari untuk menyalakan terang, itu pun kalau ia belum lelah mengulang hal yang sama setiap hari
Kalau tidak?
Jadi, kenapa harus takut gelap?
Katamu, terang bukan berasal dari cahaya di langit sana, tapi dari keberanian di hati

Coba bayangkan esok
Akan ada nama yang tak terhitung yang membarukan hari-harimu
Tapi pada akhirnya cuma satu nama yang akan tinggal
Katamu, hari boleh hujan, badai, atau terik menyengat
Tapi cuma senja yang mampu menenggelamkan semuanya
Hanya ada satu cinta yang menghuni hati untuk selama-lamanya

Kapan kau pulang?
Aku menunggu ceritamu tentang hari ini
Ada cerita tentang pohon, udara, angin, anak kecil yang berlarian di tepi jalan, atau riak air di antara hujan sore ini
Dan soal janji yang kau ucapkan tadi pagi...
benarkah?
Aku menunggunya

Jika malu untuk mengakui, bisikkan saja di telingaku.
Hanya kata-kata kecil,
ucapkan perlahan dan biarkan aku menikmati kata demi kata

"Aku mencintaimu"
Begitu katamu?
Jangan buru-buru mengungkapkan, apalagi menyudahi
Biarkan aku mengeja kata-katamu seperti senja menenggelamkan matahari perlahan-lahan
Karena pada akhirnya, aku akan menjawab dengan kata yang sama

  • Share:

You Might Also Like

1 komentar