Marla Sebastian adalah tipe orang yang sangat mudah tersentuh hatinya. Orang-orang yang mengenalnya setuju kalau untuk meluruhkan hati Marla bukanlah sesuatu yang sangat sulit. Marla bukan tipe orang kaku yang sulit digoyahkan. Dan perasaannya yang lembut itu kerap kali membuat ia mengiba pada hal-hal sentimentil. Tapi jika Marla mengubah destinasi tujuannya yang semula datang ke Seattle untuk bertemu James, bukan semata-mata karena sifatnya...
James terdiam di salah satu meja di kedai kopi. Pulang dari airport, bukannya menuju ke rumah, James malah membelokkan mobilnya ke tempat ini. Ia tenggelam di balik cup kopi. Melingkarkan jari jemarinya hingga hangat dari dalam cup tersebut merambat ke telapak tangannya. James sudah menulis pesan melalui e-mail untuk Marla. Ia meninggalkan nomor ponselnya di sana dan meminta Marla agar segera menghubunginya kapanpun...
I owe the picture here Bagaimana menyebut namamu dalam sebuah kata. Aku sebut: Rindu. Yang menjelma sebagai rasa tak berkesudahan. Kamu menjadi titik dimana pertemuan menjadi satu-satunya cara yang membuat kita lupa telah menunggu sekian lama. Aku bahagia. Dan bersamamu adalah cukup... Denganmu, aku terlengkapi. Pertemuan denganmu, rindu terakhiri. Seperti rindu yang sudah-sudah. Kugenapi malam menjadi waktu terbaik untuk mencintaimu. Aku tak perlu ruang...
Ada beberapa surat yang datang dari James semenjak mereka berpisah di Roma dulu. Marla sedikit menyesal kenapa ia membiarkan dirinya berlarut-larut dalam keraguan. Sementara beberapa minggu setelahnya, James mengirimkan kabar yang lebih bersifat undangan kedua, ketiga dan selanjutnya. Sayang, Marla tidak rajin memeriksa surat elektroniknya dan membiarkan empat atau lima kabar dari James tersebut mengendap selama beberapa waktu. Malam dimana Marla telah melewati...
Ada hal-hal yang kadang memerlukan pertimbangan berkali-kali sebelum diputuskan. Dan Marla tahu, undangan yang ditulis James dalam buku yang diberikannya saat di Roma beberapa bulan lalu adalah salah satu yang memerlukan pertimbangan tersebut. Marla belum menemukan alasan kuat yang harus membuatnya terbang puluhan jam ke sebuah kota di benua Amerika. Tapi ia juga tidak menemukan alasan pasti untuk menolak undangan tersebut. Bukankah itu...