Winna Efendi

By Robin Wijaya - Desember 22, 2011

Beberapa hari yang lalu saya ngobrol dengan seorang teman dari komunitas menulis di facebook. Niat awalnya sih untuk ngomongin proyek antologi yang akan kita kerjakan tahun 2012 nanti, jumlah kontributornya 5 orang dan semuanya lelaki. Masing-masing dapet tugas menulis genre yang berbeda. Ada yang tentang persahabatan, nilai kehidupan, orang tua, motivasi dan romance. Dan, saya kebagian jatah untuk nulis part romance, karena katanya tulisan-tulisan sata yang touching dan sweet. Masa sih? Hehehehehe...

Well, obrol punya obrol, ngomongin soal tulisan yang manis, kami pun saling share soal penulis favorit yang mungkin menginspirasi gaya menulis kami (walaupun kata seorang editor yang pernah saya temui, nggak ada orang yang punya gaya menulis 100% sama persis dengan penulis lainnya. Kalo ada yang sama persis, malah bisa jadi plagiat. Mungkin lebih tepat dibilang, terinspirasi dan akhirnya mempengaruhi gaya menulis kita).

Ditanya soal penulis favorit. Saya juga bingung. Karena selama ini saya tidak pernah merasa benar-benar memfavoritkan satu orang yang akhirnya jadi idola saya. Memang sih, ada beberapa penulis yang saya sukai secara cerita, gaya menulis, bahasa atau yang lainnya. Tapi setelah dilihat-lihat lagi, masing-masing penulis yang saya idolakan itu punya kelebihan sendiri-sendiri. Misalnya Nicholas Sparks, saya menyukai buku-bukunya karena cerita cintanya yang umum tapi secara alur berbeda dan nggak sama dengan kebanyakan novel romance lainnya. Ada Raditya Dika yang kocak dan konyol tapi punya nilai intelektual dalam tulisannya. Andrei Aksana yang harus diakui kalo dia emang puitis dan jago bikin ide sederhana jadi berasa dramatis. Dan, Winna Efendi yang monolog dan dialog tokoh-tokohnya selalu meninggalkan kesan. Jadi, kalo harus mengidolakan, siapa ya yang diidolakan? Hehehehe...

Kenapa akhirnya saya nulis soal Winna Efendi? Karena ternyata dari 4 penulis di atas. Ada 1 yang punya nilai dan kenangan tersendiri. Winna Efendi adalah awal mula saya membaca dan kemudian menulis romance. Jauh sebelum saya membaca novel-novel bergenre sejenis, saya pertama kali membaca novel AI yang ditulis Winna - dan langsung bilang, "Cerita dan bahasa penulisnya bagus. Suka!". Novel-novel Winna juga salah satu novel yang sering saya baca berulang-ulang. Dan setiap kali saya membaca (lagi), saya selalu menemukan sesuatu (lagi) entah itu soal ceritanya, pesan dari ceritanya, maupun teknik-teknik menulis yang Winna suguhkan dalam karyanya. Saya selalu menyukai bagaimana cara Winna membangun dialog dan monolog yang melibatkan emosi saya sebagai pembaca. Gaya Winna mengurai cerita yang kebanyakan menggunakan POV orang pertama juga membuat saya merasakan langsung bagaimana cara si tokoh berpikir, berinteraksi satu sama lain dan akhirnya menciptakan solusi. Selain itu, diksi yang digunakan juga tidak berlebihan yang ujung-ujungnya jadi terkesan lebay. Penyelipan quote-quote yang tepat dan membuat novelnya meninggalkan kesan setelah dibaca.

So, I found the one who inspired me now. Winna Efendi. Setidaknya sampai saat ini. Jadi, kalo nanti ditanya, saya nggak bingung-bingung amat nyari nama (karena, aneh juga ya kalo dibilang nggak ada siapapun yang menginspirasi hidup kita, hehehehe).

Dan, ini lah beberapa novel Winna dari sekitar 5 buku yang sudah ia tulis.

AI - Cinta Tak Pernah Lelah Menanti
This is my most favorite of Winna Efendi



Refrain - Saat Cinta Selalu Pulang
Selalu ada alasan untuk baca novel ini lagi :)



Remember When - Ketika Kau Dan Aku Jatuh Cinta
Secara konflik dan emosi, saya paling suka yang ini



  • Share:

You Might Also Like

2 komentar

  1. Winna Efendi is my fav author too... nice to blog walk here.. :D

    BalasHapus
  2. Sudah jatuh cinta sejak AI terbit :)

    BalasHapus