Katakan Cinta

By Robin Wijaya - Februari 23, 2012



Pagi ini redup. Seperti matahari yang muncul malu-malu, aku menyembunyikan perasaan di hadapanmu.
Bahkan ketika jarak tak lagi jadi batas. Aku membungkus suara, bahkan nafas. Khawatir detak jantungku pun menyatakan isyarat.
Di hadapanmu kata-kata menjadi lumpuh. Aku lupa memilih abjad. Atau bisa jadi, aku lupa segalanya. Pesonamu mengaburkan kesadaranku.
Kau juga salah. Kau seolah tak mau tahu. Mengertikah arti langkahku yang membelakangimu pelan-pelan? Karena, aku tak mau pergi darimu, sebenarnya.
Tapi kau bilang, pergi adalah cara terbaik untuk bersembunyi, kalau tak mau mati karena takut tak dicintai.
Kalau kau menggantung harapan. Dam aku mengirim perasaanku lewat udara. Semestinya kita sudah saling tahu.
Salah satu di antara kita pasti sudah tak jujur. Kau atau aku?
Kalau ini memang permainan. Harusnya ada yang memulai lebih dulu. Apa kita perlu mengundi untuk menyatakan perasaan masing-masing?
Ayolah. Katakan sekali ini saja. Apa kau mau terperangkap selamanya?
Tak ada cinta di balik gelas kaca yang abadi. Kau perlu keluar, dan menyeberang kesini.
Aku menghentikan langkah sekarang. Berarti jarak kita tak lagi lebar. Mau kah kau menyusul ke tempatku menunggu?
Kita yang saling berdiam diri, tak akan tahu seperti apa cinta itu sebelum saling mengakui.

  • Share:

You Might Also Like

3 komentar

  1. Mengapa harus menunggu, katakan saja. Jangan jadi sebuah penyesalan ketika cinta tak lagi bisa bersatu. Hanya hati yang saling merindu, sedang dinding tebal dan kokoh tak membelenggu.

    BalasHapus
  2. :)
    cinta itu selalu menemukan jalannya. disembunyikan seperti apapun, suatu saat akan ketauan.

    BalasHapus
  3. jangan sampai suatu saat, ketika waktu berpihak, kita hanya bisa saling mengenang dan mengatakan" kenapa dulu kita tidak bersama saja"

    BalasHapus