Review: Dari Para Finalis

By Robin Wijaya - Juni 18, 2012

Event nya emang udah lewat dari kapan tahu, dan novelnya baru mulai muncul satu persatu sejak awal 2012 ini. Mungkin untuk teman-teman yang belum tahu kalau novel berikut adalah novel-novel yang pernah masuk dalam 20 besar Kompetisi Menulis GagasMedia 100% Roman Asli Indonesia, dan setiap kali habis membaca novel seorang teman, setidaknya ada apresiasi berupa review yang selalu ingin saya tulis.


1. JATUH CINTA by Jevo Jett

JATUH CINTA terbit bersamaan dengan BEFORE US. Sebelum membaca novelnya, saya sudah melihat sedikit cuplikan ceritanya lewat video promosi yang dibuat demi kepentingan novel ini saat diikutkan dalam kompetisi 100% Roman Asli Indonesia.
Meskipun disebut novel romance, tapi jangan bayangkan suasana melankonlik seperti yang umumnya diumbar dalam novel-novel romance yang lain. Genre-nya remaja, dan gaya menulis dari seorang penulis cowok terlihat khas dan menonjol dalam novel ini. Ada beberapa banyolan-banyolan yang dirasa cukup mengganggu untuk sebagian orang, tapi buat saya, that's okay, bukankah banyolan tersebut semakin memperkuat karakter remaja cowok yang ada dalam novelnya? Dan, lagi, saya tak mau membocorkan jalan cerita novel ini. Temukan sendiri bagaimana cinta lama bisa tumbuh kembali (atau sebenarnya cinta memang tak pernah benar-benar pergi?).
Saya menyukai novel ini sebagai alternatif bacaan yang menyenangkan dan menghibur. Dari 3 novel sesama finalis 100% Roman Asli Indonesia, mungkin Jatuh Cinta yang paling saya sukai. Ringan, dan rasanya seperti mendengar teman yang tengah bercerita soal perjalanan cintanya.


2. NOW and THEN by Ann Arnellis


Pertama-tama, ijinkan saya memuji designer cover dan layouter yang telah membuat tampilan novel ini begitu cantik. Kedua, tentu buat penulisnya yang gigih menyiarkan soal novelnya dalam kegiatan offline (which is saya aja belum berani ketemu pembaca, hehehehe).
Sorry to say, saya tidak mendapatkan sensasi atau sesuatu yang melampaui ekspektasi saya ketika membaca novel ini. Bukan karena ceritanya tidak bagus. Justru, ide ceritanya menurut saya sangat menarik. Hanya, di tengah-tengah buku, saya merasa konflik dan emosi cerita menurun. Sebagai anak yang lahir dari orang tua dengan garis cerita mirip dalam novel ini (yep, I'm a son of multi-rases parents) tentu saya sering mendengar cerita bagaimana-dulu-kedua orang tua saya berjuang untuk mendapatkan restu dan membangun kepercayaan keluarga masing-masing terhadap cinta mereka. Tapi, ini masalah selera. Saya sangat yakin, sebagian besar orang lainnya di luar sana menyukai bacaan ini.
Yang menarik dari novel ini adalah setting kota Semarang. Percayalah, Arnellis akan membawamu menikmati lawang sewu dan beberapa tempat menarik lainnya di kota Semarang. Deskripsi yang tidak berlebihan, tapi blend sebagai unsur pembangun cerita dalam novel ini.
Membaca novel ini? Kenapa nggak? Bisa jadi pilihan. Dan, novel romance dengan isu yang diusung Arnellis ini perbandingan jumlahnya nggak terlalu banyak dibanding novel romance umum lainnya loh :)


3. SAPPORO NO NIJI by Hapsari Hanggarini


Believe it or not, waktu buku ini nongkrong di meja kerja saya dan beberapa murid saya membaca sinopsisnya, mereka sampai hafal 3 kalimat berbahasa Jepang yang ada di cover belakang novelnya:
-Hajimete atta toki kara kimi ga suki da
-Kokoro kara kimi wo aishiteru
-Kimi wa zutto aishiteru

Saya selalu mengapresiasi penulis-penulis yang menulis novel ber-setting luar negeri. Ya, sampai hari ini pun saya belum pernah menulis novel dengan setting selain Indonesia. Butuh riset yang detail. Bukan cuma soal topografi, pemetaan lokasi, tempat-tempat terkenal dan ikonik. Tapi juga soal budaya, kebiasaan, makanan, bahkan bagaimana udara dan atmosfer tempat tersebut. Dan rasa Jepang yang diberikan novel ini sama sekali tidak hilang sejak awal hingga akhir.
Satu yang saya harapkan tapi tidak terjadi sampai akhir novel ini adalah klimaks yang nendang. Ini soal selera kembali. Saya selalu memuja novel-novel yang mampu membuat saya bertahan (meskipun sudah mengantuk atau saat membaca sudah lewat dini hari) ketika menyentuh klimaks dan solving-problem dari masalah tersebut. Tapi, bagian tersebut terasa sambil lalu.
Well, lupakan soal bagian yang nendang itu. Saya suka deskripsi dan cara Mbak Sari menceritakan suasana kota Sapporo dan kehidupan si tokoh yang asli Indonesia dan sedang kuliah di Jepang. Dan, entah kenapa, saya teringat salah satu novel dari penulis kesukaan saya 'Winna Efendi', saya teringat AI. Atau mungkin, kalo boleh bermain soal imajinasi, anggap saja Ai dan Lala ini akan bertemu di satu titik di negeri Sakura bersama tokoh-tokoh lainnya. Mungkin bukan Sapporo, mungkin Hokaido, Kyoto, Osaka atau... (nah kan, saya memang agak buta soal setting luar negeri).

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar