Cinta, Kenangan Saja

By Robin Wijaya - November 23, 2012



Suatu hari aku bersemayam.
Di batu nisan kamu menangis haru.
Cintaku, menjadi kenangan.

Apa yang kau cari dalam hidup?
Tidakkah cukup, waktu dan pagi yang Tuhan berikan setiap hari.
Yang mengingatkanmu tentang arti bersyukur.
Bahwa kita, diberi hidup hingga detik ini.

Lalu datang angkuh suatu kali.
Mengetuk hati dan mengajakmu ikut serta.
Kau katakan, dunia terlalu kecil saat ini.
Kau bilang ingin pergi, menemui mimpi sebenarnya di luar sana.
Yang merebut langkahmu, meninggalkan jejak di halaman rumah.
Menyisakan aroma dan kenangan.
Yang kuhafal. Yang kuingat.

Suatu kali, sedih juga datang.
Mengatakan padamu, bahwa aku diam di balik pintu. Tak lagi tersenyum sejak kepergianmu.
Kemana kau?
Di mana kau?
Mungkin sedih meyampaikan suara padamu lewat udara yang bergetar di antara celah pohon.
Lewat gemersik daun.
Terdengar kah?

Kau mengetuk jendela kala itu.
Daun pintu telah usang dan rapuh.
Tak ada pagi, tak ada siang, tak ada malam.
Rumah adalah ruang kosong ketika langkahmu sampai.
Mungkin kau bertanya...
Kemana aku?
Di mana aku?

Suatu hari aku bersemayam.
Di batu nisan kamu menangis haru.
Mungkin aku sudah pergi kala itu. Atau bisa jadi, aku terlalu lama menanti.
Dan cinta, menjadi kenangan saja...

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar