KAMU lah Cinta, pagi yang kembali. Aku bangun, dan mencintaimu lagi. ...
KAMU lah Cinta, cerita tak berakhir. Aku tak mau mencapai titik. Tak rela cinta kita selesai. ...
KAMU lah Cinta, tak terjangkau. Hatiku berbisik rendah. Terdengar kah? ...
KAMU lah Cinta, menenggelamkan keangkuhan. Aku jatuh dan mengaku. Lemah karena perasaan yang menyerang tiba-tiba ...
KAMU lah Cinta. Aku tersesat, tapi tak mau pergi menyelamatkan diri. ...
800x600 Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4 Continue Reading
Sebelum baca novelnya, tonton dulu book trailernya :) ...
KAMU lah Cinta, tanpa pengecualian. Aku menyerah, tanpa pilihan. ...
Ini adalah kali kedua saya membaca novel Mbak Morra Quatro setelah novel pertamanya FORGIVEN yang meninggalkan after taste setelah membacanya. Dan kali ini saya malah jauh lebih menyukai jalan cerita yang flow dan monolog-monolog si tokoh yang padat tapi tidak terasa berat.
Novelnya sendiri bercerita tentang sepasang kekasih LANGIT dan BIRU yang dalam perjalanan cintanya menemui hambatan dan pertentangan dari pihak keluarga masing-masing. Kesulitan bukanlah penghalang yang menghambat mereka untuk tetap percaya kalau cinta akan menjadi milik mereka. Pada akhirnya, ketika segala sesuatu tampak tidak mungkin, kita hanya perlu PERCAYA pada harapan dan keajaiban Tuhan.
Setiap penulis memiliki gaya menulisnya sendiri-sendiri. Ringan, puitis, menyentuh, menggunakan simbol-simbol dan metafora, atau apapun itu. Saya suka gaya menulis Mbak Morra dengan kalimat-kalimatnya yang berisi. Dan, mungkin ini terdengar klise, tapi ide untuk mendapatkan '40 AMIEN' dari orang-orang yang dilakukan oleh kedua tokoh utama, merupakan sesuatu yang cerdas dan tidak terpikirkan oleh saya sebelumnya. Cuma, ketika cerita menyentuh ending, saya berharap ada pertemuan lebih antara Langit dan Biru sebenarnya, atau more romantic part antara kedua tokoh tersebut. But, anyway, it's really a good novel.
Kau adalah tamu tak diundang. Datang tanpa pemberitahuan, memaksa masuk ke ruang hati setelah bertahun-tahun tanpa kabar. Aku merindukanmu, tulismu di e-mail terakhir. Bahkan setelah tahu aku bersamanya pun, masih saja kau lancang mengulangi hal yang sama.
Kau
tahu, aku tak bisa lolos dengan mudah dari jerat-jerat cerita kita yang
tak pernah benar-benar selesai. Kau bilang tak perlu ada yang
berubah—tapi kenapa aku merasa semakin jauh dengan dirinya, terseret
arus yang membawaku ke pelukanmu?
Kau harus pergi, begitu
inginku. Tapi suaraku terlalu gemetar dan terlalu takut untuk terdengar
tegas di hadapanmu. Bagaimana aku bisa sampai ada di situasi ini,
terperangkap perasaanku sendiri? Disudutkan dilema yang melibatkan kau
dan dirinya? Sebelum aku berhasil menemukan jawabannya, aku kemudian
tersadar....
Aku sudah tak setia.
Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE Continue Reading
Awal tahun yang bergairah, rasanya seperti itu. Menunggu terbitnya novel ini membuat rasa penasaran saya mungkin sama dengan rasa penasaran teman-teman yang beberapa kali bertanya lewat inbox dan wall FB, twitter, maupun status comment di teaser-teaser novel yang sudah mulai saya munculkan dua minggu belakangan. Tapi karena prosesnya baru hampir benar-benar selesai dua hari belakangan, jadi baru sekarang saya bisa share soal novelnya....
Cewek itu, kalo nyapa di BBM (Blackberry Messenger) heboh banget. Pas gue jawab 'yup', dia malah sensi, 'kok jawabnya gitu doang'. Waduh? Cewek itu, kalo di BBM, sependek apapun chat kita, pasti tetep dibales. Meskipun cuma pake smiley. Bikin bingung, kalo gue bales pake smiley juga, dia bales lagi, gue bales smiley lagi, dia kasih smiley yang lain. Nggak pernah ada ujungnya. Kadang...
Review: Novel "Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin" by Tere Liye
By Robin Wijaya - Januari 09, 2012
Ini pertama kalinya saya membaca novel Tere Liye - setelah banyak teman-teman yang mempromosikan buku-bukunya. Dan belinya pun nggak sengaja, waktu lagi nyari-nyari "2" nya Donny Dirgantoro. Dan setelah membaca halaman demi halaman, saya langsung suka dengan gaya menulis Tere Liye.
Cerita novelnya sendiri sederhana, tentang seorang anak perempuan bernama Tania, dan keluarganya yang ditolong oleh seorang pemuda dermawan bernama Danar. Sikap Danar yang baik dan hangat yang kemudian membuat Tania menaruh hati pada lelaki yang berpaut usia cukup jauh dengannya. Lalu, ya... baca sendiri aja deh novelnya.
Kalo boleh komen soal isi novelnya, mungkin masalah penokohan Danar sebagai lelaki yang kelihatan sangat melankolik dan lembut sekali. Hampir nggak ada konflik dan emosi yang berarti yang ditunjukkan Danar sepanjang novel. Jadi mikir, dalam kehidupan nyata, orang yang kayak gini ada nggak ya? But, saya juga selalu melihat novel dari cara penulis menyampaikan ceritanya. Untuk yang satu ini, saya cukup hanyut dengan permainan kata yang dibawakan Tere Liye. Bahasanya sederhana tapi menyentuh, ringan dan manis. Mungkin, akan baca novel Tere Liye yang lainnya setelah ini.
Cerita novelnya sendiri sederhana, tentang seorang anak perempuan bernama Tania, dan keluarganya yang ditolong oleh seorang pemuda dermawan bernama Danar. Sikap Danar yang baik dan hangat yang kemudian membuat Tania menaruh hati pada lelaki yang berpaut usia cukup jauh dengannya. Lalu, ya... baca sendiri aja deh novelnya.
Kalo boleh komen soal isi novelnya, mungkin masalah penokohan Danar sebagai lelaki yang kelihatan sangat melankolik dan lembut sekali. Hampir nggak ada konflik dan emosi yang berarti yang ditunjukkan Danar sepanjang novel. Jadi mikir, dalam kehidupan nyata, orang yang kayak gini ada nggak ya? But, saya juga selalu melihat novel dari cara penulis menyampaikan ceritanya. Untuk yang satu ini, saya cukup hanyut dengan permainan kata yang dibawakan Tere Liye. Bahasanya sederhana tapi menyentuh, ringan dan manis. Mungkin, akan baca novel Tere Liye yang lainnya setelah ini.
Hmmm... udah lama juga nggak me-review novel, dan yang satu
ini udah janji sama yang nulis kalo mau komen lengkap soal novelnya.
Kata Fitrop, merpati tak pernah ingkar janji Mbak Ria. Jadi, ini review-nya :D
Hidup manusia bisa berubah hanya karena sebuah pilihan. Dan untuk setiap keputusan yang telah kita buat, ada konsekuensi, resiko, dan tanggung jawab yang mau tidak mau harus kita terima. Begitulah yang terjadi pada hampir setiap tokoh dalam novel ini. Seperti Hazri yang harus memikul tanggung jawab besar atas pernikahan tanpa cintanya dengan seorang model bernama Aida. Icha yang juga menanggung beban perasaan dan hati atas pilihannya untuk mengasuh anak Aida. Serta masalah-masalah lainnya yang saling berhubungan satu sama lain.
Satu hal yang saya suka dalam novel ini adalah alur yang berjalan cepat. Penjelasan demi penjelasan juga diurai satu per-satu dari chapter ke chapter. Sehingga cerita tidak padat di satu bagian, dan melompong di bagian lainnya. Hanya saja, saya kok agak terganggu ya dengan nama-nama tokoh dalam novel ini? Karena setting novelnya yang mengambil kehidupan Jakarta - yang langsung nempel di otak saya kalo novel ini genre nya metropop, jadi saya berharap nama-nama penduduk urban akan muncul disini. Tapi ternyata, hampir semua tokohnya bernama lokal non-urban. Tapi, itu adalah hak penulis mau ngasih nama tokohnya apapun juga. Untuk cerita, saya sih enjoy enjoy aja. Mungkin, saya mau menunggu novelmu yang ber-setting Tanjung Pinang Mbak Ria :D
Hidup manusia bisa berubah hanya karena sebuah pilihan. Dan untuk setiap keputusan yang telah kita buat, ada konsekuensi, resiko, dan tanggung jawab yang mau tidak mau harus kita terima. Begitulah yang terjadi pada hampir setiap tokoh dalam novel ini. Seperti Hazri yang harus memikul tanggung jawab besar atas pernikahan tanpa cintanya dengan seorang model bernama Aida. Icha yang juga menanggung beban perasaan dan hati atas pilihannya untuk mengasuh anak Aida. Serta masalah-masalah lainnya yang saling berhubungan satu sama lain.
Satu hal yang saya suka dalam novel ini adalah alur yang berjalan cepat. Penjelasan demi penjelasan juga diurai satu per-satu dari chapter ke chapter. Sehingga cerita tidak padat di satu bagian, dan melompong di bagian lainnya. Hanya saja, saya kok agak terganggu ya dengan nama-nama tokoh dalam novel ini? Karena setting novelnya yang mengambil kehidupan Jakarta - yang langsung nempel di otak saya kalo novel ini genre nya metropop, jadi saya berharap nama-nama penduduk urban akan muncul disini. Tapi ternyata, hampir semua tokohnya bernama lokal non-urban. Tapi, itu adalah hak penulis mau ngasih nama tokohnya apapun juga. Untuk cerita, saya sih enjoy enjoy aja. Mungkin, saya mau menunggu novelmu yang ber-setting Tanjung Pinang Mbak Ria :D
Kita bebas beropini. Menyampaikan sesuatu yang menjadi pandangan kita. Tapi ada kalanya, opini sering kali jadi boomerang yang malah berbalik menyerang diri kita sendiri. Untuk beberapa hal, isi kepala kita mungkin sama dengan sekelompok orang. Tapi untuk beberapa hal yang lainnya, mungkin saja berbeda sama sekali. Dan untuk perbedaan tersebut, kita seringkali menyertakan emosi. Emosi yang kemudian membuat kita meyampur adukkan banyak hal...
Ini akan terjadi sebagai mana mestinya. Kau berjanji, dan aku percaya. Segalanya terlihat sempurna. Caramu meyakinkanku, caramu berjanji. Hingga aku bertanya, "ada kah alasan untuk berpaling?" Dan kau tak pernah menjawabnya dengan kata. Kau melakukan sesuatu yang membuatku percaya. Kau setia, kau kembali, selalu. Tapi benar kah cinta bertahan? Jika angin saja bisa merobohkan pohon yang kokoh. Terlebih hati, yang tak pernah bisa...